Ada makna yang ingin kujelaskan dari petikan skenario ini. Tak ayal seperti ketika kau pertama kali merasakan cita-cita seperti sebuah mercusuar yang akan tetap terlihat kemanapun engkau berjalan menyusuri pulau kecil itu. Aku ingin mengatakan, sesuatu yang kau lihat tinggi, belum tentu sebenarnya itu tinggi. Sesuatu yang kau lihat jauh, belum tentu itu memang jauh. Sesuatu yang kau lihat sebagai beban, belum tentu itu adalah beban, siapa tahu sebenarnya itu adalah tantangan.
Ketika banyak kolegaku yang berlomba menulis di koran, aku lebih memilih untuk menulis novel. Ketika orang berbondong-bondong menuju lokasi wisata, berswafoto mengabadikan setiap moment dan lokasi, aku lebih memilih memotret dengan mataku. Menyimpan ponsel, mengamati dan mengabadikan dengan inderaku, dan bercengkrama dengan penduduk lokal. Ketika banyak orang sibuk mempublish setiap aktivitasnya di sosial media, aku lebih memilih berinteraksi di dunia sesungguhnya.
Melihat dari sudut pandang yang berbeda, mengamati dari sisi lain, terkadang dengan begitu, banyak hal yang bisa kita tangkap. Yang mungkin sebagian dari kita tak menyadari.
Sama seperti skenario foto ini. Jauh lebih hidup dan indah, ketika kita dapat mengabadikan dari sisi yang lain. Karena hidup setiap orang tak harus sama. Tak harus mengalami hal yang sama, mencapai hal yang sama, walau nantinya kita berakhir di tempat yang sama. Namun, jalur, jarak, pilihan, dan keputusan, itulah yang membuat diri kita unik dan bernilai beda.
0 Komentar