Aku mendorong tempatnya berbaring.
Ia tak terlihat sama sekali dalam keadaan kesakitan. Ia tertidur, lemah,
menutup mata, terdiam. Bukan seperti layaknya orang yang didorong menuju ruang
operasi. Ia kudorong dibalik tabung kaca. Batasku dengannya hanya sebuah tabung
kaca tebal. Dibandingkan dengan tabung kaca, aku merasa itu seperti sebuah
keranda. Melihat wajahnya yang terdiam, aku pun mulai memutuskan.
***
Seorang wanita baru turun dari
bandara Soekarno-Hatta. Perawakannya kurus, kulit sawo matang, berjilbab
mengulur, dan berkaca mata. Tas ransel terpasang dipunggungnya. Ia berjalan
penuh percaya diri. Melintasi jalan tanpa ragu seakan sudah sering
berlalu-lalang di tempat itu. Di sisi lain, terlihat keluarga-keluarga kecil
mengikuti dari belakang. Ada yang menggendong anaknya, ada yang menggandeng
istrinya atau bersenda gurau dengan pasangannya. Ia terlihat cuek.
***
Gedung menara sebanyak 35 lantai
menjulang di Jalan Thamrin. Acara akan berpusat di ballroom lantai tiga.
Ballroom yang sungguh luas dan dapat menampung lebih dari dua ribu peserta.
Gedung ini memang baru tiga bulan yang lalu diresmikan. Direncanakan akan
menjadi hotel sekaligus gedung perkantoran dan mall. Desainnya sangat modern,
namun karena harga promo, maka acara diadakan di gedung ini. Dengan desain yang
penuh ruangan, wajar jika cctv berada di seluruh gedung tak terkecuali.
Gedung Marion menitikberatkan pada penyewaan ruangan, maka hari itu banyak sekali kegiatan yang ada. Ada
seminar start up yang pengunjungnya lebih banyak anak muda dan pengusaha
muda. Ada acara resepsi pernikahan. Ada acara pertemuan diaspora atau
orang-orang Indonesia yang sedang tinggal di luar negeri. Ada acara dari
instansi pemerintah, seperti yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik. Ada juga
kegiatan dari kementrian keuangan. Pada hari itu, gedung terlihat ramai oleh
peserta dari berbagai macam latar belakang. Di lantai bawah atau loby, terdapat
ruangan untuk pameran galeri yang sedang diselenggarakan oleh salah satu
pekerja seni terkenal.
Ramai terlihat dari lobby pagi itu.
Resepsionis sibuk melayani pengunjung dan mengarahkan lokasi yang mereka tuju.
Saat itu aku pun baru tiba. Karena
gedung ini baru ku kunjungi, aku langsung menuju resepsionis untuk bertanya. Di
meja resepsionis, seorang wanita telah berdiri lebih dulu.
“Ooo... terima kasih mbak,” jawab
wanita itu. Sepertinya ia sama denganku. Sama-sama menanyakan lokasi ruangan.
Ia masih berdiri, sambil sibuk dengan ponselnya.
Pandangan resepsionis telah beralih padaku.
“Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa
kami bantu?”
“Saya peserta dari diaspora, kalau
ruangan oscar room di sebelah mana?”
“Bapak naik lift ke lantai 3, nanti
ada penunjuk arah menuju oscar room”
“Oke, terima kasih”
“sama-sama”
Aku beranjak menuju lift. Kulihat wanita tadi ikut pula mengantri dan menunggu lift.
Lift menunjukkan lantai 3. Kami
keluar bersamaan.
ID card-nya tertulis Risandra.
***
0 Komentar