Sepertinya aku masih diberikan kesempatan untuk bernapas di dunia ini. Walau pesawat yang kutumpangi uring-uringan, tetapi Alhamdulillah, ia masih bisa mendarat dengar lancar di Hongkong International Airport (HIA) tepat pukul tiga pagi.
Lampu kuning telah padam, yang berarti sabuk pengaman dapat kami lepaskan. aku langsung meraih tas selempang kecil yang sedari tadi ku pangku, kemudian berdiri dan langsung mengeluarkan tas ransel besar yang kubawa.
Setelah turun dari pesawat, aku dan teman backpakerku pun bertemu kembali. Tetapi, kami perlu melalui beberapa loket imigrasi terlebih dahulu. Petugas imigrasi yang galak terlihat sigap dan cekatan memverifikasi setiap penumpang yang baru tiba. Kami mengambil sebuah troli dan menunggu bagasi. Bagasiku? Bukan. tetapi bagasi teman backpakerku. Ia membawa sebuah koper besar berwarna biru.
Kami pun berjalan menyusuri lorong ruangan. Tak lupa kami mengambil brosur peta Airport dan beberapa peta Hong Kong yang terpajang rapi di tiap sudut. Namun, ternyata itu tak membuat kami bisa segera menguasai lokasi. Bandara Hongkong yang luas dan memiliki gate dan lantai yang banyak membuat kami berputar-putar selama lebih dari 30 menit. Hingga sampailah kami di lobby bandara.
Pukul setengah empat pagi, kami memutuskan untuk beristirahat di lobby bandara. Di tengah lobby dekat dengan eskalator terdapat sebuah taman yang sisi-sisinya ditembok rendah sehingga kami bisa duduk dan beristirahat sejenak.
Sementara aku, sejak pesawat mendarat di bandara ini, hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah : Dimana aku bisa melaksanakan SHOLAT SUBUH? Itulah yang membuatku gelisah. Walaupun waktu subuh belum tiba, aku setidaknya harus sudah bisa menemukan lokasi untuk sholat. Aku tidak tahu di bandara yang besar dan luas ini apakah ada mushola atau tidak. Tapi sepanjang tadi kami berkeliling mencari lokasi keluar yang terdekat dengan stasiun bus, aku tidak menemukan tanda adanya mushola. Akhirnya, waktupun terus berlalu hingga tepat pukul 5 pagi. Aku akhirnya memutuskan untuk mencari mushola sendiri. Ku titipkan barang-barangku ke temanku. Kemudian dengan PD-nya aku berjalan sendiri dan mencoba naik eskalator sambil berharap ada mushola di atas sana.
"Excuse me, where can i found prayer room ??" tanyaku kepada petugas yang lewat.
"Sorry, No english" Jawab kedua pemuda yang jelas-jelas mengenakan seragam petugas bendara sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Oke" jawabku singkat. Terheran, atau mungkin terkejut. Gila, bandara sebesar ini, se-International ini masa gag mau meladeni turis yang menggunakan bahasa inggris. Ah, sudahlah, aku segera menepis pikirank. Kemudian, kembali bertanya pada petugas yang lain. Dan ... jawaban mereka seperti bisa di tebak. Yang satu hanya menjawab :
"Just follow the sign"
Errrggh... kalau aku sudah menemukan tanda Prayer Room, untuk apa aku capek-capek nanya Om.. , batinku.
Hampir frustasi, akhirnya aku memutuskan untuk mencari orang yang berjilbab, setidaknya pasti ia juga mencari tempat sholat sepertiku. Allah sekali lagi menolongku. Bukan sekali, bahkan sudah sangaaaaat sering banget. Alhamdulillah, mataku menangkap seorang ibu-ibu yang membawa tas pinggang tengah berdiri entah menunggu apa di ruangan tengah. Ia menyadari kehadiranku.
"Permisi Bu, orang Indonesia ?" aku langsung menyapanya.
"Ouh, iyo mb" Jawabnya dengan logat Magelang yang kental banget.
"Ibu tahu dimana bisa sholat subuh?"
"Ouh, cari mushola ya, mbak? Sini-sini sebelah sini."
Pukul setengah empat pagi, kami memutuskan untuk beristirahat di lobby bandara. Di tengah lobby dekat dengan eskalator terdapat sebuah taman yang sisi-sisinya ditembok rendah sehingga kami bisa duduk dan beristirahat sejenak.
Sementara aku, sejak pesawat mendarat di bandara ini, hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah : Dimana aku bisa melaksanakan SHOLAT SUBUH? Itulah yang membuatku gelisah. Walaupun waktu subuh belum tiba, aku setidaknya harus sudah bisa menemukan lokasi untuk sholat. Aku tidak tahu di bandara yang besar dan luas ini apakah ada mushola atau tidak. Tapi sepanjang tadi kami berkeliling mencari lokasi keluar yang terdekat dengan stasiun bus, aku tidak menemukan tanda adanya mushola. Akhirnya, waktupun terus berlalu hingga tepat pukul 5 pagi. Aku akhirnya memutuskan untuk mencari mushola sendiri. Ku titipkan barang-barangku ke temanku. Kemudian dengan PD-nya aku berjalan sendiri dan mencoba naik eskalator sambil berharap ada mushola di atas sana.
"Excuse me, where can i found prayer room ??" tanyaku kepada petugas yang lewat.
"Sorry, No english" Jawab kedua pemuda yang jelas-jelas mengenakan seragam petugas bendara sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Oke" jawabku singkat. Terheran, atau mungkin terkejut. Gila, bandara sebesar ini, se-International ini masa gag mau meladeni turis yang menggunakan bahasa inggris. Ah, sudahlah, aku segera menepis pikirank. Kemudian, kembali bertanya pada petugas yang lain. Dan ... jawaban mereka seperti bisa di tebak. Yang satu hanya menjawab :
"Just follow the sign"
Errrggh... kalau aku sudah menemukan tanda Prayer Room, untuk apa aku capek-capek nanya Om.. , batinku.
Hampir frustasi, akhirnya aku memutuskan untuk mencari orang yang berjilbab, setidaknya pasti ia juga mencari tempat sholat sepertiku. Allah sekali lagi menolongku. Bukan sekali, bahkan sudah sangaaaaat sering banget. Alhamdulillah, mataku menangkap seorang ibu-ibu yang membawa tas pinggang tengah berdiri entah menunggu apa di ruangan tengah. Ia menyadari kehadiranku.
"Permisi Bu, orang Indonesia ?" aku langsung menyapanya.
"Ouh, iyo mb" Jawabnya dengan logat Magelang yang kental banget.
"Ibu tahu dimana bisa sholat subuh?"
"Ouh, cari mushola ya, mbak? Sini-sini sebelah sini."
Dengan sigap ibu itu langsung mengantarkanku menuju prayer room yang terletak di sudut ruangan.
"Sudah tukar dolar hongkong belum, mb? Kalau belum, saya punya. Mbak bisa tukar di saya" tawar si ibu.
"Ouh, sudah Bu. Saya langsung tukar pas di Indonesia" Jawabku pelan.
"Ouh, begitu. Nanti kalau kurang, mbak tukar di saya saja. Saya setiap hari ada di sini" Kata Si Ibu sambil menunjuk sebuah ruangan di sudut lorong tempat kami berjalan.
Aku hanya mengangguk seraya berjalan masuk ke ruangan yang bertuliskan "prayer room".
Di dalamnya tampak sebuah ruangan yang luas. Di sudut kiri terdapat patung Budha, kemudian sedikit sekat ke arah depan terdapat tanda salib, kemudian tersekat lagi terdapat patung nabi Isa tertempel di dinding. Empat buah kursi berjejer menghadap tembok itu. Terlihat dua orang dengan wajah oriental tengah khusyuk membaca al kitab. Kehadiranku seperti tak mengusik keduanya. kemudian di sebelah kanan terdapat garis putih pembatas dengan sebuah sajadah membentang dengan tulisan kiblat di depannya. Satu ruangan yang komplit. Semua keyakinan ada di sini.
Di sebelah pintu masuk, terdapat leaflet tentang keyakinan yang ada di Hongkong.
Aku penasaran. Akhirnya kuputuskan mengambil sebuah leaflet dan ternyata pada leaflet itu tercantum lokasi-lokasi tempat ibadah semua keyakinan yang dianut oleh penduduk Hong Kong.
Lokasi Masjid sangat lengkap beserta deskripsinya. Terlihat dari fasilitas yang diberikan, pemerintah Hong Kong benar-benar memperhatikan kebutuhan penduduknya dengan sangat baik.
Mari kita tengok tempat wudhu yang berada di balik ruangan sebelah kanan, tersekat oleh sebuah tembok yang terbuka. Ornamen batu membuat tempat wudhu terlihat sangat sejuk. Terdapat tempat duduk untuk berwudhu yang disediakan tepat di depan air keran pancuran. Wah.. sangat berguna terutama bagi para manula yang ingin berwudhu, mereka akan sangat terbantu.
Aku langsung membuka keran dan mulai berwudhu. Tak dapat dielakkan , air keran yang sejuk yang membasuh wajahku membuatku dalam sekejap kembali 100 persen ON setelah semalaman diguncang di pesawat. Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, aku kembali ke tempat temanku. Hari masih gelap, masih ada waktu sekitar satu jam sebelum bus pertama berangkat, maka kami putuskan untuk mencari tempat beristirahat sejenak. Setelah berkeliling mencari kursi tunggu yang kosong, akhirnya kami menemukannya. Setidaknya bisa meluruskan badan yang kaku karena duduk semalaman.
0 Komentar