Sudah sepantasnya diri ini bersyukur atas segala karunia-Nya. Dan sudah menjadi kebiasaan diri ini menyesal dengan waktu yang terbuang sia-sia. Apa yang akan dilalui esok hari? Akankah nyawa masih menempel di raga ini? Semuanya telah ditetapkan jauh sebelum perak bersemi.
Perak bukanlah apa-apa. Perak hanya sebuah tembaga yang usang. usang penuh dosa. usang dengan potensi yang terbuang sia-sia. Akankah perak dibiarkan begitu saja?
Perak sebenarnya bisa berkilau kembali seperti saat ia lahir. Dengan menggosoknya kembali. walau sakit tetapi ia dapat bersinar kembali. Dan itu adalah sebuah proses yang harus dilalui. Ingin tetap usang atau bersinar. Ini adalah pilihan.
Bersinarlah perak. Walau mungkin sakitnya akan terasa perih. tetapi gosokan itu hanyalah sebuah proses yang akan kau kenang jika sudah bversinar kembali.
Perak, langkahmu masihlah panjang. Selamat perak. setidaknya kau sudah menjadi orang.
*---------------------------*
Catatan di atas kutulis ketika beranjak 25 tahun. Siapa sangka akan kupublish setelah sekian lamanya. Aku yang suka melihat dan menilik masa lalu, bukan untuk tenggelam dalam masa lalu, tetapi untuk tetap menyadarkan diri bahwa "Hei, kamu sudah banyak bertumbuh". "Hei, kamu sudah banyak berkembang". Terkadang melihat catatan masa lalu membuat kita sadar bahwa sudah banyak pencapaian yang telah kita capai dan kita bukan stagnan. Setiap orang memiliki timeline masing-masing. Dan musuh sekaligus sahabat terdekat adalah diri sendiri. Sehingga wajar untuk mengatakan pada diri, "Hei terima kasih telah bertahan dan berkembang sampai sekarang. Terima kasih karena selalu berusaha untuk terus tumbuh, ada atau pun tak ada yang akan menyaksikan prosesmu."
Sebelum orang mengapresiasi atau menghargaimu, jauh sebelum itu, kamu, dirimu sendiri, adalah orang pertama yang harus diucapkan terima kasih. Terima kasih.
0 Komentar