Chapter 1 - Terhubung

Aku mendorong tempatnya berbaring. Ia tak terlihat sama sekali dalam keadaan kesakitan. Ia tertidur, lemah, menutup mata, terdiam. Bukan seperti layaknya orang yang didorong menuju ruang operasi. Ia kudorong dibalik tabung kaca. Batasku dengannya hanya sebuah tabung kaca tebal. Dibandingkan dengan tabung kaca, aku merasa itu seperti sebuah keranda. Melihat wajahnya yang terdiam, aku pun mulai memutuskan.

***

Seorang wanita baru turun dari bandara Soekarno-Hatta. Perawakannya kurus, kulit sawo matang, berjilbab mengulur, dan berkaca mata. Tas ransel terpasang dipunggungnya. Ia berjalan penuh percaya diri. Melintasi jalan tanpa ragu seakan sudah sering berlalu-lalang di tempat itu. Di sisi lain, terlihat keluarga-keluarga kecil mengikuti dari belakang. Ada yang menggendong anaknya, ada yang menggandeng istrinya atau bersenda gurau dengan pasangannya. Ia terlihat cuek.  

***

Gedung menara sebanyak 35 lantai menjulang di Jalan Thamrin. Acara akan berpusat di ballroom lantai tiga. Ballroom yang sungguh luas dan dapat menampung lebih dari dua ribu peserta. Gedung ini memang baru tiga bulan yang lalu diresmikan. Direncanakan akan menjadi hotel sekaligus gedung perkantoran dan mall. Desainnya sangat modern, namun karena harga promo, maka acara diadakan di gedung ini. Dengan desain yang penuh ruangan, wajar jika cctv berada di seluruh gedung tak terkecuali.

Gedung Marion menitikberatkan pada penyewaan ruangan, maka hari itu banyak sekali kegiatan yang ada. Ada seminar start up yang pengunjungnya lebih banyak anak muda dan pengusaha muda. Ada acara resepsi pernikahan. Ada acara pertemuan diaspora atau orang-orang Indonesia yang sedang tinggal di luar negeri. Ada acara dari instansi pemerintah, seperti yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik. Ada juga kegiatan dari kementrian keuangan. Pada hari itu, gedung terlihat ramai oleh peserta dari berbagai macam latar belakang. Di lantai bawah atau loby, terdapat ruangan untuk pameran galeri yang sedang diselenggarakan oleh salah satu pekerja seni terkenal.

Ramai terlihat dari lobby pagi itu. Resepsionis sibuk melayani pengunjung dan mengarahkan lokasi yang mereka tuju.

Saat itu aku pun baru tiba. Karena gedung ini baru ku kunjungi, aku langsung menuju resepsionis untuk bertanya. Di meja resepsionis, seorang wanita telah berdiri lebih dulu.

“Ooo... terima kasih mbak,” jawab wanita itu. Sepertinya ia sama denganku. Sama-sama menanyakan lokasi ruangan. Ia masih berdiri, sambil sibuk dengan ponselnya.

Pandangan resepsionis telah beralih padaku.

“Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa kami bantu?”

“Saya peserta dari diaspora, kalau ruangan oscar room di sebelah mana?”

“Bapak naik lift ke lantai 3, nanti ada penunjuk arah menuju oscar room”

“Oke, terima kasih”

“sama-sama”

Aku beranjak menuju lift. Kulihat wanita tadi ikut pula mengantri dan menunggu lift.

Lift menunjukkan lantai 3. Kami keluar bersamaan.

ID card-nya tertulis Risandra.

***


Posting Komentar

0 Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...