Pernahkan kalian ditampar oleh
seseorang. Bagaimana rasanya? Sakitkah? Tentu jawabannya, iya. Malukah? Tentu jawabannya
akan iya ketika hal itu dilakukan di depan umum atau dihadapan orang lain.
Namun, ini bukan perihal sebuah telapak tangan yang mendarat di pipi. Namun, ini
tentang analogi yang lain. Ketika rangkaian kata yang menyampaikan makna dapat
menampar hati kita. Dapat menampar kesadaran kita. Dapat menampar jiwa kita. Setiap
untaian kalimat seakan menampar pipi-pipi yang tak terlihat itu. Dan rasa malu
pun tertumpah pada diri. Mengapa? karena kita melihat bahwa tamparan itu
disaksikan oleh Sang Maha Melihat.
Ya, malu karena Allah. Malu karena setiap kata itu menunjukkan keadaan diri. Menunjukkan lemahnya diri. Menunjukkan kesalahan diri. Namun, hanya sebatas itukah malumu? Hanya sebatas sadar tanpa mau melakukan perbaikan diri? Tentu jika sebatas itu malumu. Maka sebatas rasa sakit tertamparlah yang akan engkau dapatkan. Tak akan lebih. Tamparan demi tamparan pun akan terasa biasa bagimu. Dan hal itu lama-kelamaan akan mengikis malumu. Namun, ketika malu itu kau tumpahkan dalam sebuah langkah perbaikan. Maka kau akan mendulang suatu perbekalan keabadian.
Ya, malu karena Allah. Malu karena setiap kata itu menunjukkan keadaan diri. Menunjukkan lemahnya diri. Menunjukkan kesalahan diri. Namun, hanya sebatas itukah malumu? Hanya sebatas sadar tanpa mau melakukan perbaikan diri? Tentu jika sebatas itu malumu. Maka sebatas rasa sakit tertamparlah yang akan engkau dapatkan. Tak akan lebih. Tamparan demi tamparan pun akan terasa biasa bagimu. Dan hal itu lama-kelamaan akan mengikis malumu. Namun, ketika malu itu kau tumpahkan dalam sebuah langkah perbaikan. Maka kau akan mendulang suatu perbekalan keabadian.
Mungkin kau akan lupa di
perjalanan. Dan sebuah tamparan kembali mengingatkan tujuan. Tamparan itu perlu untuk membuat dirimu merasa
malu. Namun, jika tak segera kau tanggapi, maka rasa sakit itu akan mati seiring
dengan malumu yang kian terhenti. Mari selalu melakukan perbaikan diri. Sebelum
raga yang dititipkan ini terlanjur mati.
1 Komentar
assalamualaikum..salam silaturahim..kebanyakakan dari manusia lebih merasa malu terhadap sesama daripada kepada Alloh..Kita baru sadar malu ketika Alloh SWT membuka "aib" kita kepada orang banyak dikarenakan kita kebanyakan dosa dan maksiat..semoga kita terhindar dari yang demikian.
BalasHapus