Orang IT bilang sekarang zamannya globalisasi. Pedagang duren bilang sekarang itu musim duren, kuli tinta bilang sekarang zamannya kasus Nazarudin dan Gayus serta teman barunya Gayus. Orang infotainment bilang sekarang zamannya polisi (em.. siapa tuh namanya, pokoke itulah :ngeles karena lupa: ) dan orang Indosiar bilang sekarang adalah zamannya deman K-Pop. (ampun dah.. setengah hari isinya film korea semua) *kenapa penulisnya hapal, ya? :D*
eits.. kawand tapi zaman seperti itu akan cepat berlalu dan digantikan yang baru lagi. Sebagai contoh, okelah.. bagi yang sekarang lagi suka-sukanya ama lagu Korea.. tapi siapa sangka jika enam bulan berikutnya malah demam lagu korea ini (sampai Indonesia pada latah bertaburan boyband dan girlband) akan digantikan dengan demam lagu antahberantah yang lain.. misalnya, lagu Cina atau lagu Jepang (atau malah lagu berbahasa Jawa). Jadi, ada masa expired-nya.
eits.. kawand tapi zaman seperti itu akan cepat berlalu dan digantikan yang baru lagi. Sebagai contoh, okelah.. bagi yang sekarang lagi suka-sukanya ama lagu Korea.. tapi siapa sangka jika enam bulan berikutnya malah demam lagu korea ini (sampai Indonesia pada latah bertaburan boyband dan girlband) akan digantikan dengan demam lagu antahberantah yang lain.. misalnya, lagu Cina atau lagu Jepang (atau malah lagu berbahasa Jawa). Jadi, ada masa expired-nya.
Yap, oleh karena itu, Industri hiburan begitu peka melihat perkembangan ini. Makanya, jika ada sinyal atau prediksi akan naiknya suatu tema didalam industri musik. Maka, perusahaan yang bergerak di bidang hiburan akan langsung menangkap ‘pesan’nya dan mengemasnya ke dalam sajian yang terasa ‘enak’ dikonsumsi masyarakat. (hadouh.. bahasanya.. @.@)
Eits, ini potingan judulnya Al Qur’an, tapi intronya belum menyinggung tentang Al Qur’an ?? (sabar Bu, ikuti saja terus tulisan ini.. : )
Yap, setiap musik itu mengandung pesan masing-masing. Ada tentang persahabatan, perjuangan, dan yang paling dominan adalah tentang CINTAA..... *Aseekk*
Padahal dari sekian lagu itu, disisi lain ada surat cinta yang tak akan lekang dibawa masa, yang tak akan habis digali maknanya, yang setiap detik banyak manfaat bersamanya, yang mengandung ilmu lebih dari semesta, yang dengan membaca 1 hurufnya pun mendapat pahala. Yap, itulah dia, Al Qur’an Tercinta.
Lalu, mengapa lagu bergenre POP lebih populer dibandingkan Ia (baca: Al Qur’an)? Jawabannya hanya satu : *Nunjuk Ala Detective Conan*
KARENA KITA TIDAK BIASA
Kita tidak biasa mendengarkan lantunannya ketika galau menerpa.
Kita tidak biasa melihat pembahasannya ketika TV menyala.
Kita tidak biasa mengingatnya ketika kesibukan menyapa.
Kita tidak biasa menghafalkannya ketika ujian tiba.
Kita tidak biasa membacanya ketika masalah/musibah belum ada.
Kita tidak biasa mendekatinya di setiap harinya.
Kita tidak biasa menggosipkannya bersama dengan orang yang selalu dekat dengannya.
Lalu, mengapa kita bisa lebih mudah menghafal hal lain? Menghafal lagu K-PoP, J-Pop, Indonesian Pop, West Pop, dan ‘Amplop’ ?Hal ini karena
KITA BIASA
Kita biasa mendengarkan lantunannya ketika Galau menerpa.
Kita biasa melihat pembahasannya ketika TV menyala.
Kita biasa mengingatnya ketika kesibukan menyapa.
Kita biasa menghafalkannya ketika suka.
Kita biasa membacanya ketika bahagia.
Kita biasa mendekatinya di setiap harinya.
Kita biasa menggosipkannya bersama dengan orang yang selalu dekat dengannya.
Menarik, bukan? Sebenarnya kita bisa mempopulerkannya (baca: mempopulerkan Al Qur’an) dengan cara :
MERUBAH MENJADI BIASA
Jika Para IT biasa, para produser TV biasa, para tim kreatif iklan biasa, para pemimpin Biasa, para mahasiswa Biasa, Para remaja Biasa, dan minna san juga biasa. Maka dapat diprediksikan bahwa akan ada Demam AQ (Al Qur’an) yang tidak mengenal masa habis berlakunya, persepsi sulit menghafalkannya tidak lagi terasa,
lalu, darimana kah kita akan memulainya? tentunya dari KITA.
-RN-lalu, darimana kah kita akan memulainya? tentunya dari KITA.
*Postingan ini belum direvisi*
1 Komentar
Teguran yang sangat sangat daleeem.. *tersindir*
BalasHapus