ALH merupakan angka yang memberikan informasi fertilitas kumulatif seorang perempuan dan tidak memberikan informasi mengenai kapan kelahiran tersebut terjadi. Perlu diperhatikan bahwa seringkali terjadi salah pencatatan karena untuk wanita yang sudah tua kemungkinan lupa menjadi semakin tinggi.
Jika dilihat pada Grafik 1, pola paritas/fertilitas di daerah perkotaan dan perdesaan memiliki pola yang sama. Tingkat fertilitas mulai meningkat pada umur 20-24 tahun dan mencapai puncak pada umur 25-29 tahun dimana pada kelompok umur ini merupakan masa reproduksi terbaik. Namun, walaupun terjadi dengan pola yang sama, paritas/fertilitas daerah perdesaan lebih tinggi daripada daerah perkotaan (lihat Grafik 1). Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a. Umumnya wanita di daerah pedesaan berpendidikan rendah.
b. Berbeda halnya dengan wanita di daerah pedesaan, wanita daerah perkotaan lebih mementingkan karir (berpendidikan tinggi).
c. Secara umum, semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut akan berpikir jauh sebelum mengambil sebuah tindakan.
d. Dalam hal ini, wanita di daerah perkotaan yang umumnya berpendidikan tinggi cenderung hanya ingin memiliki anak yang sedikit.
e. Sebaliknya, wanita di daerah pedesaan yang umumnya berpendidikan rendah cenderung ingin memiliki banyak anak.
f. Umur kawin pertama sangat mempengaruhi tingkat reproduksi seeorang. Makin tua umur kawin, masa reproduksi jadi semakin pendek dan akhirnya jumlah kelahiran akan berkurang.
g. Di daerah pedesaan umumnya menikah pada usia muda. Hal ini biasanya disebabkan oleh dorongan orang tua dan masalah ekonomi atau budaya.
h. Di daerah perkotaan, wanita cenderung menunda pernikahannya dengan alasan untuk mengejar karir.
i. Di desa dengan pendapatan kecil akan mendorong mempunyai banyak anak, dikarenakan pepatah desa “banyak anak banyak rezeki”, karena dengan anak yang banyak dapat membantu pekerjaan orang tua tanpa upah.
j. Pada umumnya penduduk yang tinggal di daerah pedesaan kurang memahami dan mengerti tentang alat kontrasepsi.
k. Penduduk pedesaan pada umumnya juga kurang peduli pada alat kontrasepsi dan tidak adanya kontrol kelahiran yang dapat dilakukan melalui program keluarga berencana.
l. Terutama di daerah pelosok pedesaan, dimana penyuluhan dan informasi tentang pengetahuan dan perilaku kontrasepsi belum tersosialiasi secara menyeluruh ke masyarakat, sehingga diperoleh data bahwa tingkat fertilitasnya lebih tinggi.
0 Komentar